MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS (MDR-TB); SEBUAH TINJAUAN KEPUSTAKAAN


Pendahuluan

Multi drug resistant TB (MDR TB) didefinisikan sebagai resistensi terhadap dua agen anti-TB lini pertama yang paling poten yaitu isoniazide (INH) dan rifampisin. MDR TB berkembang selama pengobatan TB ketika mendapatkan pengobatan yang tidak adekuat. Hal ini dapat terjadi karena beberapa alasan; Pasien mungkin merasa lebih baik dan menghentikan pengobatan, persediaan obat habis atau langka, atau pasien lupa minum obat. Awalnya resistensi ini muncul sebagai akibat dari ketidakpatuhan pengobatan. Selanjutnya transmisi strain MDR TB menyebabkan terjadinya kasus resistensi primer. Tuberkulosis paru dengan resistensi dicurigai kuat jika kultur basil tahan asam (BTA) tetap positif setelah terapi 3 bulan atau kultur kembali positif setelah terjadi konversi negatif. Directly observed therapy (DOTS) merupakan sebuah strategi baru yang dipromosikan oleh World Health Organization (WHO)  untuk meningkatkan keberhasilan terapi TB dan mencegah terjadinya resistensi.

Read more on pdf click here MDR-TB

MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS (MDR-TB); SEBUAH TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Penggunaan antiplatelet (aspirin) pada akut stroke iskemik


Summary

Stroke ditandai dengan kehilangan secara tiba-tiba sirkulasi darah ke area otak, mengakibatkan gangguan pada fungsi neurologis. Secara umum, stroke diklasifikasikan atas hemoragik atau iskemik. Stroke iskemik akut mengacu pada stroke yang disebabkan oleh trombosis atau emboli dan lebih sering daripada stroke hemoragik. Karena trombosis memainkan peran penting dalam patogenesis dari stroke iskemik, obat yang mengganggu mekanisme hemostasis seperti anti platelet biasa digunakan dalam pengelolaan penyakit serebrovaskular. Dalam tinjauan pustaka ini, penulis meringkaskan beberapa literature yang dipublikasikan secara relevan terhadap efek agen anti platelet pada stroke iskemik. artikel ini mengacu kepada manajemen stroke yang ditunjukkan oleh The Quality Standards Subcommittee (QSS) and the Therapeutics and Technology Assessment (TTA) Subcommittee of the American Academy of Neurology, and the Stroke Council and Science Advisory and Coordinating Committee (SACC) of the American Heart Association. Guidline tersebut mengajukan pertanyaan pertanyaan kunci untuk menjawab efektifitas penggunaan antiplatelet pada stroke, berupa (Coull BM et all 2002); (1) Do antithrombotic agents reduce stroke-related morbidity and mortality?, (2) Do antithrombotic agents reduce early stroke recurrence? (3) What are the risks of hemorrhage associated with antithrombotic treatment? (4) whether the combination of antiplatelet have benefits?

read more on pdf, click here Penggunaan antiplatelet (aspirin) pada akut stroke iskemik

Penggunaan antiplatelet (aspirin) pada akut stroke iskemik

Primary Adrenal Insufficiency / Addison disease


Summary

Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggunya fungsi dari kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua penting bahan kimia (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal: kortisol dan aldosteron. Etiologi dari adrenal insufisiensi primer atau penyakit addison terus mengalami perubahan sepanjang tahun. Prior 1920, tuberkulosis merupakan penyebab utama adrenal insufisiensi. Sejak 1950, adrenal autoimun dengan adrenal atrofi dijumpai pada sekitar 80% dari kasus (Liotta EA et all 2010). Kehilangan fungsi lebih dari 90% pada kedua korteks andrenal menghasilkan manifestasi klinis insufisiensi adrenokortikal. Destruksi dari glandula, seperti terdapat pada kondisi idiopatik dan kondisi invasif dari suatu penyakit, hal ini menyebabkan terjadinya kronisitas dari adrenal insufisiensi(Gardner DG et all 2007). Evaluasi pasien dengan penyakit Addison yang diduga melibatkan diagnosis insufisiensi adrenal dan kemudian identifikasi defek pada hipotalamus-hipofisis axis (Gardner DG et all 2007). Pengobatan insufisiensi adrenal meliputi pergantian, substitusi hormon yang tidak diproduksi lagi oleh kelenjar adrenal.

readmore on pdf click here addison disease

Primary Adrenal Insufficiency / Addison disease

Mekanisme Gagal Jantung pada Penderita Hipertensi Kronis


PENDAHULUAN

Penyebab penyakit jantung hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang berlangsung kronis kronis, namun penyebab tekanan darah tinggi dapat beragam. Esensial hipertensi menyumbang 90% dari kasus hipertensi pada orang dewasa, hipertensi sekunder berjumlah 10% dari sisa kasus kronis hipertensi1. Hipertensi dan tak terkontrol dan berkepanjangan dapat menyebabkan berbagai perubahan dalam struktur miokard, pembuluh darah koroner, dan sistem konduksi jantung. Perubahan ini pada gilirannya dapat menyebabkan perkembangan hipertrofi ventrikel kiri (LVH), penyakit arteri koroner (CAD), berbagai penyakit sistem konduksi, serta disfungsi sistolik dan diastolik dari miokardium, yang bermanifestasi klinis sebagai angina atau infark miokard, aritmia jantung ( terutama fibrilasi atrium), dan gagal jantung kongestif (CHF). Dengan demikian, penyakit jantung hipertensi adalah istilah yang diterapkan secara umum untuk penyakit jantung, seperti LVH, penyakit arteri koroner, aritmia jantung, dan CHF, yang disebabkan oleh efek langsung atau tidak langsung dari hipertensi2. Hal ini penting untuk memberi edukasi kepada pasien tentang sifat penyakit mereka dan risiko yang terkait dengan hipertensi yang tidak diobati. Selain itu, modifikasi diet dan pentingnya olahraga teratur, minum obat teratur, penurunan berat badan, dan menghindari obat-obatan dan makanan yang berpotensi meningkatkan tekanan darah harus ditekankan1,3. read more on pdf click here gagal jantung pada hipertensi kronis (saidalfin)

 

Mekanisme Gagal Jantung pada Penderita Hipertensi Kronis